Gejala Kista Saat Hamil

Munculnya kista saat hamil terutama di kehamilan pertama tentu membuat ibu hamil sangat khawatir. Sebenarnya, keberadaan kista ketika hamil tidak selalu menandakan bahaya. Kista masih dapat diatasi dengan pengobatan, bahkan beberapa tidak perlu penanganan khusus sama sekali.

Menurut BMH Medical Journal, kasus kista ovarium terjadi pada 1 dari 1.000 kehamilan dan sudah terbentuk sebelum terjadi pembuahan. Ukuran kista pada rahim sangat beragam bahkan beberapa tidak terdeteksi kecuali dengan pemeriksaan ultrasonografi atau USG.

Gejala yang Muncul Pada Penderita Kista Saat Hamil

Keberadaan kista pada rahim sebenarnya tidak selalu memiliki gejala yang khusus. Bahkan, pada beberapa kasus keberadaannya tidak terdeteksi sama sekali karena memang tidak memiliki gejala. 

Hal ini terjadi karena ukuran kista yang masih kecil. Jika kista semakin membesar, maka gejala yang muncul berupa:

  • Rasa sakit pada perut bagian bawah yakni perut di atas kemaluan atau nyeri bagian panggul.
  • Perut yang mudah terasa penuh atau tertekan seperti kembung.
  • Pendarahan pada vagina.
  • Nyeri saat melakukan hubungan seksual.
  • Nyeri ketika buang air besar.
  • Mual dan muntah yang tidak wajar ketika hamil.
  • Sakit perut yang sangat parah.
  • Napas cepat.
  • Mudah lelah dan lemah bahkan bisa menyebabkan pingsan.

Secara sekilas, gejala keberadaan kista di atas memang mirip dengan gejala wanita yang mengalami kehamilan di luar kandungan atau kehamilan ektopik. 

Selain itu, gejala yang semakin parah bisa merupakan tanda bahwa kista ovarium telah pecah ataupun ovarium bergeser karena pertumbuhan kista.

Penyebab Terbentuknya Kista Saat Hamil

Gejala kista saat hamil memang tidak selalu terdeteksi, terutama jika ukuran kista masih sangat kecil. Kista ovarium sendiri merupakan masalah pada kehamilan yang cukup sering ditemukan terutama pada trimester awal kehamilan. 

Berikut beberapa kista yang muncul selama masa kehamilan:

  • Kista Ovarium Fungsional

Dilihat dari penyebabnya, ada beberapa jenis kista ovarium yang muncul selama kehamilan, yakni kista ovarium fungsional dan kista non fungsional. Contohnya kista teratoma, endometrioma dan cystadenoma. 

Kista ovarium fungsional atau kista korpus luteum adalah jenis kista yang paling umum muncul pada ibu hamil. Kista ovarium sudah dapat terdeteksi di trimester pertama dan kemudian akan menyusut pada minggu ke 14 kemudian menghilang saat memasuki minggu ke 16 kehamilan. 

Kista ovarium fungsional terbentuk saat folikel gagal menyusut setelah melepaskan sel telur. Ketika terjadi proses pembuahan, folikel yang gagal menyusut tersebut akan tetap berada di dalam ovarium dan membentuk kista sampai kehamilan terjadi.

  • Kista Ovarium Non Fungsional

Kista ovarium non fungsional juga dikenal sebagai kista ovarium patologis. Kista ovarium patologis terbentuk disebabkan oleh faktor yang tidak terkait dengan fungsi normal pada siklus haid wanita. Kista ovarium non fungsional terjadi karena adanya riwayat penyakit tertentu yang diderita.

Kista ovarium non fungsional terdiri dari beberapa jenis seperti kista dermoid, kistadenoma, dan endometrioma. Masing-masing memiliki penyebab yang berbeda:

  • Kista dermoid dikenal dengan sebutan kista teratoma terbentuk karena sel-sel embrionik berkembang secara abnormal sehingga kita bisa menemukan adanya jaringan kulit, rambut dan gigi di dalam kista. Kista jenis dermoid jarang bersifat ganas.
  • Endometrioma adalah jenis kista yang muncul dikarenakan sel yang melapisi dinding bagian dalam rahim tumbuh pada bagian luar rahim, umumnya di bagian ovarium. Ketika seorang wanita menstruasi, sel ini akan terisi darah dengan isi jaringan endometrioma merah kecoklatan.

Sel yang terisi jaringan endometrioma dan darah ini membentuk kista berwarna coklat yang dikenal dengan kista coklat.

  • Sindrom ovarium polikistik adalah kondisi dimana banyak terbentuk kista kecil pada rahim. Hal ini terjadi karena masalah hormonal pada wanita yang merupakan faktor penyebab kemandulan paling sering pada wanita.

Diagnosa Kista Ovarium Selama Kehamilan

Untuk mendiagnosa keberadaan kista saat hamil, dokter akan melakukan pengecekan kandungan lewat pemindaian ultrasonografi atau USG. Dari gambar yang terlihat di USG inilah akan tampak ukuran kista dan juga lokasi kista pada rahim. 

Tes lanjutan terkadang dibutuhkan untuk memastikan kondisi ibu hamil:

  • Tes Darah

Tes darah pada ibu hamil dibutuhkan untuk mengecek keberadaan hormon FSH, testosterone dan hormon LH.

  • Tes Pencitraan

Untuk melihat lokasi dan bentuk dari kista secara lebih jelas, maka dokter akan melakukan tes pencitraan berikutnya. Misalnya PET scan, CT atau MRI yang mampu menghasilkan gambar pencitraan lebih akurat.

  • Tes CA-125

Tes CA-125 terkadang diterapkan oleh dokter apabila dokter mencurigai bahwa pasien memiliki potensi kanker. Umumnya, tes CA-125 dilakukan oleh dokter terutama pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun karena pada usia 35 tahun ke atas, risiko mengalami kanker ovarium lebih tinggi.

Prosedur Penanganan Kista Selama Kehamilan

Kista dengan ukuran kecil pada umumnya tidak berbahaya sehingga dokter biasanya hanya menganjurkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan rutin USG ke dokter kandungan. 

Tujuannya agar dokter bisa memantau perkembangan kista apakah menghilang, mengecil, atau justru membesar.

  • Pemantauan Rutin

Prosedur pertama yang akan dianjurkan dokter kepada pasien ibu hamil apabila ditemukan kista di dalam ovariumnya adalah melakukan pemantauan rutin. Pemantauan rutin akan direkomendasikan terutama untuk kista yang terlihat tidak berbahaya dan tanpa gejala yang terdeteksi.

Kista jenis ini biasanya tidak memerlukan penanganan khusus karena bisa menghilang dengan sendirinya seiring perkembangan janin. Oleh karena itu, dokter hanya akan menganjurkan Moms untuk melakukan pemeriksaan USG rutin.

  • Pemberian Obat

Pemberian obat biasa dilakukan oleh dokter apabila ibu hamil mengeluhkan rasa nyeri akibat keberadaan kista. Kista yang pecah misalnya akan membuat ibu hamil merasakan nyeri sehingga dokter harus memberikan obat pereda nyeri.

Pada kondisi ini, tubuh ibu hamil biasanya akan menyerap kista yang sudah pecah tersebut. Ibu hamil kemudian akan disarankan oleh dokter untuk beristirahat selama beberapa hari sembari dilakukan pemantauan untuk melihat apakah muncul gejala infeksi pada kehamilan.

  • Operasi Pengangkatan Kista

Kista yang berukuran besar dan dapat menghalangi jalan lahir bayi biasanya akan diambil prosedur operasi. Pengangkatan kista biasanya akan dilakukan oleh dokter pada trimester kedua kehamilan.

Dr. Brown’s sebagai produsen produk bayi yang inovatif kini hadir menawarkan kesempatan bagi para ibu di Indonesia untuk bergabung ke dalam parenting club Dr. Brown’s. Di sini, Moms berkesempatan memperoleh berbagai informasi, seperti tips mengurangi kolik pada bayi.

Tidak hanya memperoleh berbagai tips, Moms juga akan memperoleh informasi terbaru terkait produk Dr. Brown’s dan juga diskon-diskon menarik lainnya. Salah satu produk terbaik Dr. Brown’s adalah botol susu anti kolik yang telah memenangkan penghargaan selama 13 tahun berturut-turut.

 

Apabila Moms mengalami gejala kista saat hamil, segera konsultasikan ke dokter kandungan untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Dengan pemantauan yang rutin oleh dokter kandungan, maka akan mengurangi risiko terjadinya masalah selama kehamilan. 

5 Tips Memilih Pompa ASI Manual Terbaik 2019
Mengapa Botol Susu Dr. Brown's Direkomendasikan oleh Para Dokter Anak?
fungsi pipa-min
Apa Kegunaan Internal Vent System?
Posted in Uncategorized.